Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Dimensi - Dimensi Organisasi Kurikulum

gambar koleksi google

Organisasi kurikulum mempunyai dua dimensi pokok, yaitu dimensi isi dan dimensi pengalaman. Bagi pengembang kurikulum dua hal ini sering membingungkan karena tidak ada batasan yang tegas. Validitas kriteria kenyataannya seringkali hanya digunakan untuk salah satu dimensi saja. Padahal sifat dari setiap mata pelajaran berbeda. Misalnya organisasi kurikulum yang bersifat logis tentunya berbeda dengan organisasi kurikulum yang bersifat psikologis.
Ralph Tyler dalam Arifin (2014:96) melihat dimensi kurikulum dari dua bentuk dimensi, yaitu hubungan vertikal dan hubungan horisontal. Hubungan organisasi vertikal adalah hubungan kesempatan belajar untuk minggu pertama dan kedua, sedangkan hubungan organisasi horisontal adalah hubungan kesempatan belajar yang terdapat dalam kelas yang setingkat, mata pelajaran, dan situasi, baik yang terdapat dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Kedua dimensi tersebut memungkinkan diperolehnya kurikulum yang mempunyai pengaruh kuat secara kumulatif. Jika kedua hubungan tersebut berkesinambungan maka kesempatan belajar dapat ditingkatkan dan diperluas karena kedua dimensi tersebut saling mengisi. Peserta didik akan memperoleh pengalaman belajar yang lebih luas dan mendalam dalam berbagai unsur dalam organisasi kurikulum.
Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai yang dasar diteruskan dengan yang lanjutan.
  1. Konsep, yaitu definisi secara singkat dari sekelompok fakta ataau gejala. Konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati, konsep menentukan antara variabel-variabel mana kita ingin menentukan adanya hubungan empiris. Hampir setiap bentuk organisasi kurikulum dibangun berdasarkan konsep, seperti peserta didik, masayarakat, kebudayaan, kuantitas dan kualitas, ruangan, dan evolusi.
  1. Generalisasi, yaitu kesimpulan-kesimpulan yang merupakan kristalisasi dari suatu analisis. Kita harus bedakan antara kesimpulan dan rangkuman. Banyak orang keliru membuat kesimpulan yaang ternyata yang dia buat adalah rangkuman.
  1. Keterampilan, yaitu kemampuan dalam merencanakan organisasi kurikulum dan digunakan sebagai dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan.
  1. Nilai-nilai, yaitu norma atau kepercayaan yang diagungkan, sesuatu yang bersifat absolut untuk mengendalikan perilaku.


Unsur-unsur yang terdapat dalam organisasi kurikulum, antara lain:

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2014. Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum.  Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.

Daryanto& Sudjendro, H. 2014. Siap Menyongsong Kurikulum 2013. Yogyakarta: GAVA MEDIA.

Hamalik, Oemar. 2013. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT REMAJA ROSDAKARYA.

Izzaty, dkk.2008. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.

Jackman, H.L. Early Education Curriculum A child’s Connection to the World. Wadsworth, Cengage Learning.

Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah.Yogyakarta: BPFE.
Sani, Berlin & Kurniasih, I. 2014. Implementasi Kurikulum 2013: Konsep & Penerapan. Surabaya: Kata Pena.

Suardiman,S.P. 1979. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Perc. STUDING.

Sumaji, dkk.  1998. Pendidikan Sains yang Humanistis. Yogyakarta : Kanisius.

Post a Comment for "Dimensi - Dimensi Organisasi Kurikulum"