Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PERAN GURU SEBAGAI PENGAJAR DAN PELAKSANA PTK





a. Mengapa Guru sebagai Peneliti Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan merupakan agen yang potensial dalam mempengaruhi perubahan pendidikan. Penelitian tinadakan dapat membuat mengembangkan guru dan administrasi dengan sikap professional yang mencakup tindakan, kemajuan, dan pembaharuan.

Salah satu yang menjadi alasan penting dilakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi permasalah reformasi kurikulum pendidikan yang sedang berlangsung di jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah dan juga berbagai aspek yang terkait di dalamnya.

Elliott (1991) menjelaskan bagaimana seharusnya guru melaksanaan penelitian tindakan untuk pembaharuan pendidikan (action research for educational) dan memainkan peranannya sebagai peneliti pendidikan dengan munculnya rangkaian reformasi pendidikan/ pembaharuan pendidikan baik dalam kurikulum maupun pembelajaran terpadu, pembelajaran yang berpusat pada siswa atau pembelajaran yang berorientasi pada proses melalui interaksi antara guru dan siswa dengan mempertimbangan segala aspek yang mendukungnya melalui pendekatan dari “bawah ke atas”.

b. Guru sebagai Pengajar dan Peneliti
Tugas utama guru, selain mendidik adalah mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk selalu melakukan upaya perbaikan atas kekurangan dan meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas professional.

Adapun tugas guru mulai dari persiapan, pelaksanaan pembelajaran sampai penilaian pembelajaran.
1. Persiapan Pembelajaran

Sejak diberlakukannya kurikulum 2006 pada tingkat satuan pendidikan yang dikenal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (formal atau sekolah) persiapan atau rencana pengajaran berubah sebutan, yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada setiap bidang studi/ mata pelajaran, yang berisikan komponen-komponen: Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Indikator, Tujuan Pembelajaran, Materi Bahan Ajar Pembelajaran, Metode, Langkah-Langkah Pembelajaran, Sumber Bahan, dan Nilai.

Ada pun contoh format RPP seperti berikut ini :


Format : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Mata Pelajaran                  : . . . . . . . . . . . . . . . . .
Kelas/Semester                  : . . . . . . . . . . . . . . . . .
Pertemuan Ke-                  : . . . . . . . . . . . . . . . . .
Alokasi waktu                   : . . . . . . . . . . . . . . . . .
Standar Kompetensi         : . . . . . . . .. . . .  . . . . .

I.       Tujuan Pembelajaran               : . . . . . . . . . . . . . . . . .
II.    Materi Ajar                              : . .  . . . . . . . . .  . . . . .
III. Metode Pembelajaran             : . . . . . . . . . . . . . . . . .
IV. Langkah-langkah                    : . . . . . . . . . . . . . . . . .
a.       Kegiatan Awal                  : . . . . . . . . . . . . . . . . .
b.      Kegiatan Inti                     : . . . . .. . . . . . .  . . . . .
c.       Kegiatan Akhir                 : . . . . . . . . . . . . . . . . .
V.    Alat/Bahan/Sumber Belajar    : . . . . . . . . . . . . . . . . .
VI. Penilaian                                  : . . . . . .. . . . . . . .  . . .



Langkah-langkah menyusun RPP seperti contoh format di atas adalah sebagai berikut :

  1. Mengisi kolom identitas.
  2. Menemukan alokasi waktu yang dibutuhkan untuk pertemuan yang telah ditetapkan.
  3. Menentukan SK, KD, dan Indikator yang akan digunakan yang terdapat pada silabus yang disusun.
  4. Merumuskan tujuan pembelajaran berdasarkan SK, KD, dan Indikator yang telah ditentukan.
  5. Mengidentifikasi metri ajar berdasarkan materi pokok/ pembelajaran yang terdapat dalam silabus.
  6. Menentukan model pembelajaran.
  7. Merumuskan langkah-langkah pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, inti, dan akhir.
  8. Menentukan alat/bahan/sumber yang digunakan.
  9. Menyusun kriteria penilaian.


2. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan PTK guru benar-benar mempersiapkan apersepsi yang lebih menarik. Setelah menyampaikan apersepsi langkah selanjutnya :

  1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi yang akan dipelajari atau dibahas.
  2. Sebelum mulai mempelajari atau membahas materi baru, guru perlu yakin betul bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas (pre-requisite material) harus dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik.
  3. Guru menyajikan bahan/materi baru sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
  4. Metode yang tertulis dalam satuan pelajaran.
  5. Pengaturan dan pemanfaatan waktu belajaran.

3. Umpan Balik dalam Proses Pembelajaran
Guru memerlukan umpan balik untuk mengetahui kualitas dari pelaksanaan pembelajaran yang menjadi tugas profesinya sebagai guru. Umpan balik yang diperoleh guru biasanya diperoleh melalui tes formatif (lisan atau tulisan). Guru pelaksanaan PTK memerlukan lebih banyak umpan balik dibandingkan dengan guru biasa. Karena itu, guru pelaksana PTK harus mempersiapkan lebih banyak informasi. Dan informasi tersebut diperoleh dari berbagai alat.

B. Kegiatan Guru Sebagai Pelaksana Penelitian Tindakan Kelas
a. Kegiatan Guru sebagai Pelaksana PTK

Salah satu yang menjadi alasan penting dilakukan penelitian tindakan kelas adalah untuk mengatasi permasalahan reformasi kurukulum pendidikan yang sedang berlangsung di jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah dan juga berbagai aspek yang terkait di dalamnya.

Kurikulum berbasis sekolah merupakan suatu pembaharuan pendidikan yang menitikberatkan dan mengutamakan ramuan kurikulum yang dapat dikembangkan dan diterima oleh siswa sehingga dirasakan manfaat keberadaan kurikulum tersebut dan mata pelajaran-mata pelajaran yang mereka pelajari di sekolah.

Perpaduan materi kurikulum dapat dilakukan dengan beberapa teknik dan cara seperti berikut :

  • Jumlah pengajar (guru) yang banyak dalam pengertian berbanding dengan jumlah muridnya.
  • Peranan Kepala sekolah yang dapat menyesuaikan diri, dengan pengertian tidak terlalu menekankan kepada pengajarnya (guru) dalam memfokuskan pada materi pelajaran, dilakukan agar pengajar (guru) dengan leluasa dapat mengembangkan kreatifitasnya secara maksimal.
Beberapa karakteristik dari proses reformasi kurikulum menurut Elliot (1991), sebagai berikut :
  1. Proses yang diawali oleh pengajar (guru) langsung melihat dan melaksanakan keadaan yang sebenarnya mereka di dunia pendidikan.
  2. Kurikulum dalam bentuk pengajaran yang dikembangkan dan dijalankan oleh pengajar di dalam kelas ternyata banyak menemui hambatan yang berhubungan dengan daya serap siswa terhadap materi yang disampaikan pengajar (guru) dan keterkaitan serta aplikasinya antara materi tersebut dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga secara garis besarnya, isi dalam kurikulum itu “Kurang bermanfaat bagi siswa”.
  3. Adanya pembaharuan dalam pengajaran sering ditentang oleh sebagian besar pengajar (guru) yang masih berpikir bahwa pendidikan merupakan serangkaian proses belajar mengajar dan proses evaluasi tanpa adanya pembaharuan dalam pola pencapaian hasil akhir.
  4. Permasalahan yang timbul kemudian didiskusikan secara bersama untuk dicari pemecahannya dan ditindaklanjuti.
  5. Proposal inovasi tentang kurikulum yang kemudian terkenal dengan istilah reformasi kurikulum, diujicobakan dengan mempertimbangkan segala aspek yang mendukung dan mungkin timbul pada sekolah-sekolah percobaan.
  6. Tindak lanjut pada pengembangan yang dilakukan dalam reformasi kurikulum ini menggunakan pendekatan dimulai dari “bawah ke atas”.


Adapun urutan kegiatannya secara singkat sebagai berikut

  1. Rencana penelitian didasarkan pada kemampuan yang ada pada guru, guru bukanlah objek melainkan sebagai subjek dalam penelitian.
  2. Pengajar (guru) dikelompokkan berdasarkan hasil diagnosis dan hipotesis yang dibuat sebelumnya.
  3. Pengajar (guru) diharapkan dapat mengembangkan teori pengajaran yang mereka miliki dan dapat mewujudkannya dengan baik pada saat proses pengajaran berlangsung dan dalam menghadapi siswa.
  4. Kelas percobaan penelitian dirancang agar dapat disesuaikan dengan suasana guru, murid dan jenis kelas yang akan dijadikan penelitiannya.
  5. Kegiatan tim peneliti awalnya merumuskan tujuan untuk memfasilitasi kegiatan yang selanjutnya.
  6. Mengidentifikasi dan mendiagnosa kembali dan mengelompokkan permasalahan-permasalahan yang dapat diklasifikasikan agar mudah diselesaikan.
  7. Mengembangkan dan mengujicobakan hipotesis tes praktek tentang bagaimana masalah pengajaran dapat dipecahkan dan juga mengelompokkan masalah-masalah yang dapat diselesaikan dengan satu kali penyelesaian.
  8. Untuk menentukan tujuan, prinsip dan penilaiannya maka perlu untuk mengidentifikasi prinsip-prinsip dasar yang ada.


Agar dapat terlaksana, yang perlu diperhatikan khususnya bagi para pengajar (guru) sebagai berikut :

  • Setiap pengajar seharusnya dapat mengontrol keadaan kelas dan informasi yang sedang berlangsung.
  • Kepala sekolah mengontrol dan mencek kebenaran data atau informasi yang diperolehnya.
  • Setiap pengajar mengontrol kinerja tim dalam prakteknya di kelas.
  • Data yang diperoleh tim selayaknya dapat diakses oleh pengajar lain yang berhubungan dengannya.
  • Siswa yang terlibat interview (wawancara) dengan tim peneliti tetap dapat menjalin hubungan dengan pengajarnya.

Elliot (1991) mengutip teori yang dikemukakan oleh David Ebbut yaitu teori peningkatan kualitas pembelajaran dengan interaksi siswa-pengajar. Tujuan teori ini adalah untuk mendemontrasikan kapasitas pengajar dalam membangkitkan, menguji dan mempraktekkan kemampuan akademiknya di kelas dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya termasuk siswa dan peranannya di masyarakat.

Peran guru sebagai pengembang kurikulum dan peneliti merupakan awal untuk proses pengambilan kebijakan terhadap kurikulum yang dilaksanakan di kelas.

Salah satu acuan dalam menggambarkan praktek kurikulum yang dapat digunakan oleh guru sebagai peneliti atau pelaksana PTK adalah teori kurikulum humanis. Teori kurikulum humanistik yang dikemukakan oleh Stenhouse sejak tahun 1970-an (John Elliot, 1991) dilatarbelakangi oleh keinginan untuk meningkatkan kemampuan siswa yang berada di bawah rata-rata menjadi siswa yang berada pada tingkat rata-rata.

Peran guru sebagai pendamping dalam pembelajaran, guru diharapkan dapat bersikap sebagai pembimbing pembelajaran, sebagai model dalam pemecahan masalah, sebagai katalisator untuk memulai proses pembelajaran, sebagai pembantu dalam proses pembelajaran, dan sebagai teman yang perlu untuk dihampiri siswa jika mereka bermasalah.

Konsep dasar Teori humanis yang dikemukakan Lawrence Stenhouse tersebut adalah didasarkan pada aspek prexiologi yaitu prinsip dasar yang dipahami dan dilaksanakan oleh guru dalam membumikan tujuan pendidikan ke dalam praktek pengajaran yang sebenarnya.

Tujuan dari teori humanis yang dikemukakan oleh Stenhouse adalah berkaitan dengan mengembangkan pemahaman terhadap situasi masyarakat yang ada di sekitarnya dan diharapkan agar masyarakat dapat menyikapi dengan bijaksana perubahan-perubahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan. Teori humanis tersebut secara garis besarnya dapat dijelaskan sebagai berikut.

  • Jika ada silang pendapat yang terjadi di dalam kelas maka pengajar sebagai konselor wajib menyelesaikannya.
  • Diharapkan otoritas tidak digunakan guru.
  • Permasalahan-permasalahan yang diperdebatkan siswa hendaknya dapat dijadikan sebagai ajang diskusi yang dapat memancing tanggapan yang berbeda-beda dari siswa.
  • Diskusi yang dilaksanakan diupayakan jangan sampai melebar keluar dari topik yang sedang dibicarakan.
  • Guru sebagai fasilitator (pemandu kegiatan) dapat mengarahkan kegiatan atau diskusi yang dilakukan siswa agar berjalan dengan baik.

b. Perbaikan Pembelajaran Melalui PTK

Kegiatan tambahan melaksanakan PTK dilaksanakan kalau ditemui kelemahan atau kekurangan dalam pelaksanaan PBM.

Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran.

1. Perencanaan pembelajaran
Beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh guru sebagai peneliti, antara lain :
a. Tujuan pengajaran
Tujuan tambahan dijabarkan dari setiap mata pelajaran sebagai fokus pembelajaran yang akan dijadikan sasaran PTK untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik yang diharapkan.

b. Memilih bahan pembelajaran
Yang perlu diperhatikan oleh guru memilih bahan ajar dalam PTK, selain mudah pengadaannya adalah guru harus benar-benar menguasai konsep materi yang diajarkan.

c. Memilih metode
Pemahaman dan kemampuan guru sangat diharapkan dalam memilih pendekatan, strategi dan metode serta model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa, agar tujuan pembelajaran tercapai secara baik.

Untuk kegiatan PTK metode yang terbaik tidak selalu apa yang dipikirkan oleh guru terbaik bagi peserta didik.

d. Memilih alat bantu
Untuk kegiatan PTK guru harus menyiapkan alternatif alat bantu untuk keperluan guru sendiri dalam proses pembelajaran.

e. Alat ukur
Dalam rencana pembelajaran, alat ukur yang akan digunakan, misalnyaberupa tes dicantumkan terbatas jumlahnya. Alat ukur tersebut digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran (tujuan instruksional) yang dijabarkan dari indikator-indikator pencapaian tujuan.

Dalam pelaksanaan PTK, butir tambahan yang perlu dicantumkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) tersebut antara lain :

  • Merencanakan fokus pembelajaran yang akan dijadikan sasaran PTK.
  • Menentukan kriteria keberhasilan.

Dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran (RPP) guru merasa ada tugas tambahan melaksanakan PTK. Beberapa alternatif diantaranya berkenanaan dengan apersepsi, metode, berbagai alat ukur, materi pelajaran, yang mampu mengembangkan berbagaia aspek berpikir yaitu kognitif, afektif maupun keterampilan.

2. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan PTK guru benar-benar mempersiapkan apersepsi yang lebih menarik. Pada umumnya, dalam satuan pelajaran atau rencana pembelajaran, apersepsi yang dibuat guru ditulis dengan kata-kata, tanpa menuliskan apa dan bagaimana rumusan apersepsi.

Setelah menyampaikan apersepsi langkah selanjutnya :

  • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dari materi yang akan dipelajari atau dibahas.
  • Sebelum mulai mempelajari atau membahas materi baru, guru perlu yakin betul bahwa materi yang mendasari bahan yang akan dibahas (pre-requisite material) harus dikuasai lebih dahulu oleh peserta didik. Untuk itu guru perlu melakukan tes atau menyiapkan pertanyaan-pertanyaan mengenai bahan yang akan dibahas.
  • Guru menyajikan bahan/materi baru sesuai dengan TIK.
  • Metode yang ditulis dalam satuan pelajaran, misalnya metode ceramah, Tanya jawab atau diskusi dan atau praktek mandiri. Dalam pelaksanaan PTK metode-metode tersebut harus dioperasionalkan.
  • Pengaturan dan pemanfaatan waktu belajar.

3. Umpan Balik dalam Proses Pembelajaran
Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi guru, keputusan hasil belajar merupakan puncak harapan siswa. Secara kejiwaan, siswa terpengaruh atau tecekam tentang hasil belajarnya. Oleh karena itu, sekolah dan guru berlaku arif dan bijak dalam menyampaikan keputusan hasil belajar siswa. Hasil belajar tersebut merupakan hasil proses belajar. Pelaku aktif dalam belajar adalah siswa. Hasil belajar juga merupakan hasil proses pembelajaran. Pelaku aktif dalam pembelajaran adalah guru.

Pada pengajar (guru) yang terjebak pada teori yang akan ia sampaikan kepada siswa kadang-kadang muncul permasalahan dalam PMB. Permasalahan yang terjadi antara teori dan praktek pendidikan yang dikaji melalui penelitian tindakan kelas adalah “inovasi budaya”.

Permasalahan teori dan praktek dalam pendidikan pada hakikatnya terletak pada isi kurikulum dan evaluasi kurikulum, yang dilakukan selesai proses belajar mengajar.

Penyempurnaan proses pembelajaran ditujukan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Bagi guru yang memiliki pengalaman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat terbantu pada saat pelaksanaan PTK.

Sebelum melaksanakan perbaikan dalam pelaksanaan PTK, terlebih dahulu harus mengembangkan criteria untuk menentukan keberhasilan perbaikan tersebut. Criteria yang dapat ditentukan antara lain, yaitu : (1). Menentukan Standar presentasi waktu minimal (misalnya 75%), (2). Taraf serap siswa akan naik yang indikatornya (misalnya tarap serap minimal 80%) menggunakan tes formatif (tertulis). Oleh karena itu selain menyelenggarakan PTK untuk pemanfaatan waktu belajar dari segi kuantitatif harus juga dilaksanakan segi kualitatifnya.

Contoh lain pelaksanaan PTK untuk mengembangkan proses berfikir siswa, misalnya:

Mengembangkan proses berfikir dari ranah kognitif menurut Taksonomi Bloom yang meliputi enam jenjang berfikir dari terendah (mengingat (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan sintesis (C4), analisis (C5), dan tertinggi (C5), yakni C6 (menilai = evaluasi).

Dalam membuat rencana penelitian (PTK) dikemukakan berdasarkan kerangka teoritis dan hipotesis tindakan, selanjutnya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP):

Contoh: Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan

a. Kerangka Teoritis
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua arah kegiatan yang searah. Situasi yang memungkinkan terjadinya kegiatan belajar yang optimal adalah suatu situasi dimana siswa berinteraksi dengan guru dan bahan pelajaran dalam rangka mencapai tujuan.

Situasi tersebut dapat lebih optimal jika menggunakan metode/ media yang tepat. Salah satu model pembelajaran itu adalah model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan Student Teams Achivement Divisions (STAD). Pendekatan ini merupakan pembelajaran kooperatif yang sederhana. Dalam STAD siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok dengan anggota 4-5 orang, dan setiap kelompok harus heterogen. Guru menyajikan pelajaran dan siswa bekerja dalam tim mereka dan memastikan anggota kelompok harus menguasai. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis tentang materi itu, dan pada saat kuis diberikan mereka tidak boleh saling membantu (Depdiknas, 2004).

Keputusan tentang hasil belajar merupakan umpan balik bagi guru dan merupakan puncak harapan siswa.

b.Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka uraian teoritis di atas dapat disusun hipotesis tindakan sebagai berikut : “Jika guru melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif-STAD, maka hasil belajar siswa pada materi ekonomi yang berkaitan dengan hitungan akan meningkat”.


Contoh: Rencana Penelitian


1. Setting Penelitian
PTK dilaksanakan di kelas XC SMA Muhammadiyah Sintang dengan jumlahsiswa 36 orang yang terdiri dari 17 orang siswa putra dan 19 orang siswa putri.

2. Faktor yang diselidiki
Faktor Siswa

  • Melihat kemampuan siswa dalam memahami rumus matematis ekonomi dan aplikasinya
  • Perilaku siswa selama KBM
  • Hasil belajar siswa
Faktor Guru
  • Melihat kemampuan guru dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif STAD


3. Rencana Tindakan
Penelitian ini terjadi 2 siklus.
a.Siklus pertama
1). Perencanaan

  • Membuat skenario atau rencana pembelajaran sesuai strategi yang dilaksanakan
  • Membuat lembar observasi
  • Menyiapkan soal-soal untuk latihan

2). Pelaksanaan tindakan
Melalui pembelajaran kooperatif STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  • Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok kecil heterogen
  • Guru menyajikan pelajaran
  • Guru memberikan tugas kelompok dan seluruh anggota kelompok harus mengerti/menguasai
  • Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
  • Member evaluasi
  • Kesimpulan

3). Observasi
Menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan. Observasi terhadap pembelajaran oleh guru dilaksanakan dengan bantuan rekan guru lainnya.

4). Analisis
Dilakukan analisis terhadap data hasil observasi yang meliputi ;

  • Analisis hasil observasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
  • Analisis hasil observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran
  • Analisis hasil belajar siswa

5). Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis dan diskusi dengan rekan kerja. Refleksi dilakukan untuk mengkaji apakah pelaksanaan tindakan sudah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada penyelesaian soal hitungan ekonomi/ belum. Refleksi hasil analisis data pada tahap ini digunakan sebagai acuan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya.


b. Siklus Kedua
1). Perencanaan

  • Membuat skenario atau rencana pembelajaran sesuai strategi yang dilaksanakan
  • Membuat lembar observasi
  • Menyiapkan soal-soal untuk latihan

2). Pelaksanaan tindakan
Melalui pembelajaran kooperatif STAD dengan langkah-langkah sebagai berikut :

  • Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok kecil heterogen
  • Guru menyajikan pelajaran
  • Guru memberikan tugas kelompok dan seluruh anggota kelompok harus mengerti/menguasai
  • Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu.
  • Member evaluasi
  • KesimpulaN

3). Observasi
Menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan pada tahap perencanaan. Observasi terhadap pembelajaran oleh guru dilaksanakan dengan bantuan rekan guru lainnya.

4). Analisis
Dilakukan analisis terhadap data hasil observasi yang meliputi ;

  • Analisis hasil observasi siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
  • Analisis hasil observasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran
  • Analisis hasil belajar siswa

5). Refleksi
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisis dan diskusi dengan rekan kerja. Refleksi dilakukan untuk mengkaji apakah pelaksanaan tindakan sudah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada penyelesaian soal hitungan ekonomi/ belum. Refleksi hasil analisis data pada tahap ini digunakan sebagai acuan perencanaan tindakan pada siklus berikutnya. Apabila yang telah dicapai siswa sesuai dengan yang diharapkan (berdasarkan Standar Ketuntasan Belajar Minimal), maka siklus berikutnya tidak dilanjutkan.


4. Data dan Cara Pengambilan
a. Sumber Data :

  • Siswa kelas X C SMA Muhammadiyah Sintang
  • Guru Peneliti
b. Jenis Data :
  • Data kualitatif diperoleh dari rencana pembelajaran dan lembar observasi
  • Data kuantitatif diperoleh dari data hasil belajar siswa
c. Cara Pengambilan Data :
  • Data hasil belajar diperoleh melalui ulangan harian dan tes akhir
  • Data tentang keterkaitan antara perencanaan dan pelaksanaan didapat dari rencana pembelajaran
  • Data tentang situasi pelaksanaan pembelajaran didapat dari lembar observasi.

5. Indikator Kinerja
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini adalah apabila minimal 80% siswa telah dapat mencapai Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) dengan nilai 60.


A. Kesimpulan
Dengan adanya pembahasan tentang peran guru sebagai pengajar dan pelaksana PTK, kita dapat menyimpulkan bahwa tugas utama guru, selain mendidik adalah mengajar. Sebagai pengajar, guru dihadapkan pada tuntutan profesi untuk melakukan upaya perbaikan atas kekurangan-kekurangan dalam melaksanakan tugasnya. Dalam konteks ini kegiatan guru sebagai pengajar biasa tentu berbeda dengan guru sebagai pengajar dan pelaksana PTK.

Peran guru dalam penelitian tindakan untuk memperbaiki mutu pembelajaran yang akhirnya peningkatan mutu pendidikan, hal ini memberikan gambaran bahwa sebagai peneliti, guru juga harus memahami teori tentang kurikulum sesuai dengan tugasnya sebagai pengembang kurikulum melalui peningkatan mutu pembelajaran dikelas.

B. Saran
Kepada para pembaca, khususnya guru diharapkan agar dapat dan mampu memahami dan menerapkan pembelajaran mengenai betapa pentingnya peranan guru sebagai pengajar dan pelaksana PTK. Untuk itu guru harus seefektif mungkin dalam memahami permasalahan yang terjadi. Karena guru berperan sebagai peneliti dan pelaksana PTK. dan guru harus memiliki wawasan yang luas agar terciptanya tujuan pembelajaran yang optimal serta mampu mengembangkan pembelajaran menjadi lebih bermakna.


 DAFTAR PUSTAKA
Sukardini. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prateknya. Jakarta: Bumi Aksara.
Wardini, I G.A.K. 2003. Hakikat Penelitian Tindakan Kelas. Buku Materi Pokok Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
http://blog.unsri.ac.id/Ghoni/peranan-guru-dan-ptk/sr/3482/
http://gurumandiri.wordpress.com/2010/05/20/peran-guru-sebagai-pengajar-dan-pelaksana-ptk-2/
http://khoirulanwari.wordpress.com/about/peran-penelitian-tindakan-kelas-ptk-dalam-meningkatkan-profesionalisme-guru/