Mengenal Sholawat Khobbiri : Makna, Sejarah, dan Keindahan Lantunan Cinta kepada Nabi Muhammad SAW Pendahuluan
![]() |
gramedia.com |
Sholawat merupakan salah satu bentuk pujian dan doa yang dipanjatkan umat Islam kepada Nabi Muhammad SAW. Melalui sholawat, umat mengekspresikan rasa cinta, kerinduan, dan penghormatan kepada Rasulullah, sekaligus memohon syafaat dan keberkahan dari Allah SWT. Dari sekian banyak sholawat yang ada, salah satu yang sangat populer dan memiliki makna mendalam adalah sholawat Khobbiri.
Sholawat Khobbiri bukan sekadar
lantunan indah, melainkan juga sarat akan makna kerinduan dan pengharapan yang
tulus. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap tentang sholawat
Khobbiri mulai dari sejarah, makna lirik, kandungan spiritual, hingga
peranannya dalam tradisi Islam Nusantara.
Sejarah dan Latar Belakang Sholawat Khobbiri
Sholawat Khobbiri adalah karya dari KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani al-Banjari, yang dikenal dengan julukan Abah Guru Sekumpul. Beliau adalah seorang ulama besar dan karismatik asal Martapura, Kalimantan Selatan, yang sangat dihormati di Indonesia, khususnya di kalangan umat Islam di wilayah Kalimantan.
KH. Zaini Abdul Ghani hidup di masa ketika penyebaran Islam di Indonesia sudah sangat berkembang, namun masih memerlukan cara-cara spiritual yang menyentuh hati untuk meneguhkan keimanan umat. Melalui sholawat Khobbiri, beliau mengekspresikan kerinduan yang dalam kepada Nabi Muhammad SAW, sekaligus mengajak umat untuk memohon syafaatnya sebagai jalan untuk mendapatkan rahmat Allah.
Lantunan sholawat ini menjadi sangat populer di berbagai majelis taklim dan peringatan Maulid Nabi, terutama di kalangan masyarakat yang menjunjung tinggi tradisi sholawat dan dzikir. Melalui gaya bahasa yang puitis dan nada yang merdu, sholawat Khobbiri berhasil menyentuh hati banyak orang dari berbagai generasi.
Makna dan Tafsir Lirik Sholawat Khobbiri
Teks Arab :
خَبِّرِي
يَا نُسَيْمَى عَنْ
مُغْرَامٍ شَذِيٍّ وَالْهَانِ
عَاشِقٌ
عَاشِقٌ عَاشِقُ الْأَنْوَارِ
أَنْتِ
عَنِّي تَشْتَكِي وَالْحَالِي كُلَّ
اللَّيْلِ سَهْرَانٍ
كَيْ
أَرَى الْمُخْتَارَ
مَنْ
يَلُومُنِي فِي غَرَامِي طَالَمَا
عَاشِقْتُ جَمَالَكَ
يَا
مُكَرَّمُ يَا مُمَجَّدُ يَا
مُؤَيَّدُ بِالشَّفَاعَةِ
هَا أَنَا أَنَالُهَا
Transliterasi Latin :
Khobbirii yaa nusaimaa ‘an
mughroom syadii wal haan
‘Aasyiq
‘aasyiq ‘aasyiqil anwaar
Anti ‘annii tasytaki wal haal
kullal-layli sahraan
Kay arool mukhtaar
Man yalumnii fii gharaamii
thoolamaa ‘aasyiq jamaalak
Yaa mukarrom yaa mumajjad yaa
mu-ayyad bisy-syafaa’ah
Haa ana ana lahaa
Terjemahan Bahasa Indonesia:
Berilah kabar kepadaku, wahai
angin sepoi-sepoi, aku tergila-gila, aku sangat rindu dan bingung.
Oh rindu, rindu kepada cahaya.
Engkau perintahkan aku mengadu
kepadanya, lihatlah keadaanku, sepanjang malam aku begadang.
Agar aku dapat memandang Nabi
Al-Mukhtar (Nabi pilihan).
Barang siapa menghina penyakitku,
sungguh sangat terlambat karena kerinduanku pada kebaikan kekasihku sudah lama.
Wahai yang dimuliakan,
diagungkan, dikuatkan dengan syafa’at.
Berilah itu kepadaku.
Tafsir Lirik
Setiap bait dalam sholawat ini mengandung perasaan dan harapan yang sangat mendalam:
"Berilah kabar kepadaku,
wahai angin sepoi-sepoi..."
Penulis sholawat ini menggunakan metafora angin sepoi untuk menyampaikan pesan atau kabar dari orang yang dicintai, yakni Nabi Muhammad SAW. Angin sepoi diibaratkan sebagai pembawa kabar, pembawa rasa rindu dan harapan.
"Aku tergila-gila, aku
sangat rindu dan bingung..."
Ini melukiskan perasaan cinta yang mendalam dan keikhlasan hati yang penuh rindu terhadap Nabi. Rindu ini tak hanya cinta biasa, melainkan kerinduan spiritual yang membawa kegelisahan.
"Oh rindu, rindu kepada
cahaya..."
Cahaya di sini adalah simbol dari Nabi Muhammad SAW, yang dikenal sebagai “An-Nur” (Cahaya) yang menerangi kegelapan jiwa dan dunia.
"Lihatlah keadaanku,
sepanjang malam aku begadang..."
Ini menunjukkan kesungguhan dan pengorbanan yang dilakukan dalam kerinduan tersebut. Begadang dan berdoa sepanjang malam menjadi simbol kedalaman spiritual yang dilakukan oleh sang penulis.
"Agar aku dapat memandang
Nabi Al-Mukhtar..."
Al-Mukhtar berarti "Yang Terpilih," sebuah gelar untuk Nabi Muhammad SAW. Ini menunjukkan tujuan utama dari kerinduan tersebut, yaitu untuk mendapatkan syafaat dan rahmat dari Rasulullah.
"Barang siapa menghina
penyakitku..."
Penyakit di sini bisa diartikan sebagai kondisi rindu dan cinta yang dianggap berlebihan oleh orang lain. Namun penulis menegaskan bahwa cinta dan rindu tersebut adalah sesuatu yang mulia dan layak dihormati.
"Wahai yang dimuliakan,
diagungkan, dikuatkan dengan syafa’at..."
Ini adalah doa dan harapan agar Nabi Muhammad memberikan syafaatnya di hadapan Allah SWT untuk penulis dan para pecinta beliau.
"Berilah itu kepadaku."
Akhir kalimat ini menunjukkan
kepasrahan dan harapan yang besar untuk mendapatkan syafaat dan keberkahan.
Nilai Spiritual dan Sosial Sholawat Khobbiri
Sholawat Khobbiri bukan hanya sebuah puisi atau lagu, tetapi merupakan sarana spiritual yang menghubungkan hati-hati umat dengan Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah beberapa nilai utama yang terkandung dalam sholawat ini :
1. Menguatkan Rindu dan Cinta
kepada Nabi
Rindu dalam sholawat ini bukan sekadar rindu duniawi, melainkan kerinduan spiritual yang menuntun umat untuk selalu ingat kepada Rasulullah. Rindu ini mampu menghidupkan keimanan dan membuat seseorang terus berusaha menjadi hamba yang lebih baik.
2. Mengajarkan Kesabaran dan
Ketulusan
Begadang dan doa panjang yang disebutkan dalam sholawat ini adalah simbol kesungguhan. Ini mengajarkan umat bahwa cinta kepada Nabi harus diwujudkan dengan ketekunan, kesabaran, dan ketulusan hati.
3. Mendorong Doa dan Permohonan
Syafaat
Syafaat Nabi adalah harapan besar bagi umat Islam di akhirat kelak. Melalui sholawat ini, umat diajak untuk terus memohon syafaat dan bimbingan dari Rasulullah agar selalu berada di jalan yang benar.
4. Mempererat Persaudaraan dan
Tradisi Keagamaan
Sholawat ini menjadi media untuk
mempererat hubungan sosial antar umat dalam majelis-majelis sholawat,
peringatan Maulid, dan acara keagamaan lain. Dengan bersama-sama melantunkan
sholawat, rasa persaudaraan dan kekompakan semakin terjalin.
Sholawat Khobbiri dalam Tradisi Islam Nusantara
Di Indonesia, khususnya di Kalimantan Selatan, sholawat Khobbiri memiliki tempat istimewa dalam berbagai kegiatan keagamaan. Terutama di lingkungan Nahdlatul Ulama dan pesantren-pesantren tradisional, sholawat ini sering dilantunkan dengan penuh semangat dan kekhusyukan.
Selain itu, penyanyi dan qari sholawat ternama seperti Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf sering membawakan sholawat ini dalam acara besar Maulid Nabi dan majelis dzikir. Gaya penyampaian mereka yang merdu dan penuh penghayatan membuat sholawat Khobbiri semakin populer di kalangan generasi muda.
Melalui penyebaran ini, sholawat
Khobbiri juga menjadi sarana untuk mengenalkan nilai-nilai cinta dan
penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW kepada masyarakat luas, sekaligus menjaga
kelestarian tradisi keagamaan di Indonesia.
Cara Melantunkan dan Menikmati Sholawat Khobbiri
Melantunkan sholawat bukan hanya tentang mengikuti lirik dan irama, tetapi juga tentang menghayati makna dan doa yang terkandung di dalamnya. Berikut beberapa tips untuk menikmati dan melantunkan sholawat Khobbiri dengan khusyuk:
Pahami Arti dan Maknanya
Sebelum melantunkan, pelajari artinya agar hati dapat menyatu dengan pesan yang disampaikan.
Mulailah dengan Niat Ikhlas
Niatkan bahwa sholawat ini adalah bentuk cinta dan pengharapan kepada Nabi Muhammad SAW.
Nikmati Irama dan Lantunan
Dengarkan versi sholawat dari qari terpercaya, seperti Habib Syech, untuk merasakan keindahan nada dan irama.
Berdoa Setelah Melantunkan
Gunakan momentum setelah sholawat
untuk berdoa dan memohon keberkahan serta syafaat Nabi.
Sholawat Khobbiri adalah karya spiritual yang sangat indah, yang mengungkapkan rasa cinta dan kerinduan yang mendalam kepada Nabi Muhammad SAW. Liriknya penuh makna dan penuh harapan akan syafaat dan rahmat dari Sang Nabi. Sholawat ini juga berperan penting dalam memperkuat iman, mengajarkan kesabaran, dan mempererat persaudaraan dalam tradisi keagamaan Islam Nusantara.
Bagi umat Islam, melantunkan
sholawat Khobbiri bukan sekadar ritual, tetapi sebuah perjalanan spiritual yang
menghubungkan hati dengan Nabi yang mulia. Dengan menghayati dan memahami
maknanya, kita diingatkan untuk selalu menjaga cinta kepada Rasulullah sebagai
pondasi utama dalam kehidupan beragama.
Post a Comment for "Mengenal Sholawat Khobbiri : Makna, Sejarah, dan Keindahan Lantunan Cinta kepada Nabi Muhammad SAW Pendahuluan"