Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Tokoh - Tokoh Penemu Teori Gestalt

 1. Max Wertheimer (1880-1943)
koleksi google 
Max Wertheimer adalah tokoh tertua dari tiga serangkai pendiri aliran psikologi Gestalt. Wertheimer dilahirkan di Praha pada tanggal 15 April 1880. Ia mendapat gelar Ph.D nya di bawah bimbingan Oswald Kulpe. Konsep pentingnya : Phi phenomenon, yaitu bergeraknya objek statis menjadi rangkaian gerakan yang dinamis setelah dimunculkan dalam waktu singkat dan dengan demikian memungkinkan manusia melakukan interpretasi. Werthmeir menunjuk pada proses interpretasi dari sensasi obyektif yang kita terima.Proses ini terjadi di otak dan sama sekali bukan proses fisik tetapi proses mental sehingga diambil kesimpulan ia menentang pendapat Wundt jyang menunjuk pada proses fisik sebagai penjelasan phi phenomenon. 

Dale h. Schunk (2012: 244) dalam bukunya mengemukakan bahwa Max Wertheimer menulis sebuah artikel tentang gerakan kasat mata (apparent motion). Artikel ini sangat penting sekali bagi para psikolog Jerman, tetapi tidak memiliki pengaruh di Amerika Serikat di mana gerakan Gestalt belum lagi mulai. 


Wertheimer dianggap sebagai pendiri teori Gestalt setelah dia melakukan eksperimen dengan menggunakan alat yang bernama stroboskop, yaitu alat yang berbentuk kotak dan diberi suatu alat untuk dapat melihat ke dalam kotak itu. Di dalam kotak terdapat dua buah garis yang satu melintang dan yang satu tegak. Kedua gambar tersebut diperlihatkan secara bergantian, dimulai dari garis yang melintang kemudiangaris yang tegak, dan diperlihatkan secara terus menerus. Kesan yang muncul adalah garis tersebut bergerak dari tegak ke melintang. Gerakan ini merupakan gerakan yang semu karena sesungguhnya garis tersebut tidak bergerak melainkan dimunculkan secara bergantian. Pada tahun 1923, Wertheimer mengemukakan hukum-hukum Gestalt dalam bukunya yang berjudul “Investigation of Gestalt Theory”.

Hukum-hukum itu antara lain :

a. Hukum kedekatan (Law of Proximity)

Maksudnya hal-hal yang saling berdekatan dalam waktu atau tempat cenderung dianggap sebagai suatu totalitas.

b. Hukum ketertutupan (Law of closure)

Maksudnya adalah hal-hal yang cenderung menutup akan membentuk kesan totalitas tersendiri.

c. Hukum kesamaan (Law of Equivalence)

Maksudnya adalah hal-hal yang mirip satu sama lain, cenderung kita persepsikan sebagai suatu kelompok atau suatu totalitas.


2. Wolfgang Kohler (1887-1959)

koleksi google

Kohler lahir di Reval, Estonia pada tanggal 21 Januari 1887. Kohler memperoleh gelar Ph.D pada tahun 1908 di bawah bimbingan C. Stumpf di Berlin. Eksperimennya adalah : seekor simpanse diletakkan di dalam sangkar. Pisang digantung di atas sangkar. Di dalam sangkar terdapat beberapa kotak berlainan jenis. Mula-mula hewan itu melompat-lompat untuk mendapatkan pisang itu tetapi tidak berhasil. Karena usaha-usaha itu tidak membawa hasil, simpanse itu berhenti sejenak, seolah-olah memikir cara untuk mendapatkan pisang itu. Tiba-tiba hewan itu dapat sesuatu ide dan kemudian menyusun kotak-kotak yang tersedia untuk dijadikan tangga dan memanjatnya untuk mencapai pisang itu.Menurut Kohler apabila organisme dihadapkan pada suatu masalah atau problem, maka akan terjadi ketidakseimbangan kogntitif, dan ini akan berlangsung sampai masalah tersebut terpecahkan. Karena itu, menurut Gestalt apabila terdapat ketidakseimbangan kognitif, hal ini akan mendorong organisme menuju ke arah keseimbangan. Dalam eksperimennya Kohler sampai pada kesimpulan bahwa organisme dalam hal ini simpanse dalam memperoleh pemecahan masalahnya diperoleh dengan pengertian atau dengan insight. Dale h. Schunk (2012: 244) menyatakan bahwa dalam tulisan Wolfgang Kohler yang berjudul The Mentality Apes (1925) membantu penyebaran gerakan Gestalt ke Amerika Serikat. 

Dalam sebuah demonstrasi biasa yang memperlihatkan fenomena perseptual gerakan yang tampak nyata, dua garis yang sangat berdekatan diperlihatka secara berturut-turut selama sepersekian detik dengan interval waktu yang singkat untuk tiap garisnya. Seorang pengamat yang melihat garis-garis tersebut bukan melihat dua garis tetapi satu garis yang bergerak dari garis yng diperlihatkan pertama ke arah garis yang diperlihatkan kedua. 

Penelitian-penelitian ini menumbuhkan psikologi gestalt yang menekankan bahasan pada masalah konfigurasi, struktur, dan pemetaan dalam pengalaman. Menurut Sugihartono (2007: 105) konsep penting dalam psikologi gestalt adalah insight yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian di dalam situasi permasalahan. Insight ini sering dihubungkan dengan pernyataan aha. Menurut psikologi Gestalt, tilikan dalam (insight) dipandang sebagai inti dari belajar. Belajar yang sebenarnya selalu bersifat tilikan dalam (insightful learning) yang artinya bahwa belajar selalu menggunakan pengertian dari dalam. Sumber yang utama dalam belajar adalah di mengertinya suatu hal yang telah dipelajari. Oleh karena itu, teori belajar ini disebut Teori Kognitif Insight. 

Selain contoh di atas Wolfgang Kohler mengadakan lagi eksperimen untuk atau percobaan menggunakan seekor simpanse sama yang diberinya nama Sultan. Kohler melakukan empat macam eksperimen untuk meneliti adanya prinsip-prinsip hubungan. Selengkapnya eksperimen Kohler dengan menggunakan simpanse tersebut dikemukakan berikut ini.

Mula-mula disediakan sebuah sangkar atau ruangan tertentu yang didalamnya diletakkan sebuah tongkat. Kemudian, ke dalam sangkar atau ruang itu dimasukkan simpanse. Sedangkan di luar sangkar, diletakkan pisang masak. Pada percobaan ini diamati usaha simpanse dalam mengambil pisang untuk dimakannya.

Hasil pengamatan terhadap simpanse, yaitu ketika simpanse pertama kali dimasukkan ke dalam sangkar dirinya telah melihat pisang tersebut dan tidak henti-hentinya ia berusaha hendak mengambil pisang itu. Tetapi, tangan simpanse itu tidak dapat menjangkau pisang yang terletak di luar sangkar karena jarak sangkar dan tempat pisang diletakkan telah diatur sedemikian rupa sehingga tidak mudah untuk dijangkau oleh simpanse percobaan. Gerak-gerik simpanse terus diamati. Tiba-tiba timbul pengertian hubungan antara tongkat dan pisang. Simpanse kemudian meraih pisang tadi dengan menggunakan bantuan tongkat yang didapatkannya di dalam sangkar itu.

Kedua,ada problem ”kotak”, dalam hal ini, kera harus memindahkan kotak itu dibawah pisang atau menumpuk satu kotak diatas yang lain untuk mencapai pisang. Dari eksperimen inilah kohler menemukan catatan penting, bahwa inteligensi kera bukan belajar dengan trial and error.

gambar koleksi google 

Menurut Kohler simpanse tidak kurang dari manusia yaitu mampu memecahkan masalah sekaligus dengan proses integrasi atau pemahaman. Pemahaman simpanse baru muncul setelah beberapa saat mencoba memahami masalahnya, dan pada saat itu pula muncul dengan tiba-tiba kejelasan, melihat hubungan-hubungannya, antara unsur yang satu dengan yang lain. 

Esensi dari teori psikologi gestalt adalah bahwa pikiran (mind) adalah usaha-usaha untuk menginterpretasikan sensasi dan pengalaman-pengalaman yang masuk sebagai keseluruhan yang terorganisir berdasarkan sifat-sifat tertentu dan bukan sebagai kumpulan unit data yang terpisah-pisah. 

Para pengikut gestalt berpendapat bahwa sensasi atau informasi harus dipandang secara menyeluruh, karena bila dipersepsi secra terpisah atau bagian demi bagian maka strukturnya tidak jelas. 


3. Kurt Koffka (1886-1941)
gambar koleksi google

Koffka lahir di Berlin tanggal 18 Maret 1886. Kariernya dalam psikologi dimulai sejak dia diberi gelar doktor oleh Universitas Berlin pada tahun 1908. Dale h. Schunk (2012: 244) dalam bukunya menyatakan bahwa tulisan Kurt Koffka yang berjudul The Growth of the mind membantu penyebaran gerakan Gestalt ke Amerika Serikat. Sumbangan Koffka kepada psikologi adalah penyajian yang sistematis dan pengamalan dari prinsip-prinsip Gestalt dalam rangkaian gejala psikologi, mulai persepsi, belajar, mengingat, sampai kepada psikologi belajar dan psikologi sosial. Teori Koffka tentang belajar didasarkan pada anggapan bahwa belajar dapat diterangkan dengan prinsip-prinsip psikologi Gestalt.

Teori Koffka tentang belajar antara lain:

a. Jejak ingatan (memory traces), 

adalah suatu pengalaman yang membekas di otak. Jejak-jejak ingatan ini diorganisasikan secara sistematis mengikuti prinsip-prinsip Gestalt dan akan muncul kembali kalau kita mempersepsikan sesuatu yang serupa dengan jejak-jejak ingatan tadi.

b. Perjalanan waktu berpengaruh terhadap jejak ingatan. 
Perjalanan waktu itu tidak dapat melemahkan, melainkan menyebabkan terjadinya perubahan jejak, karena jejak tersebut cenderung diperhalus dan disempurnakan untuk mendapat Gestalt yang lebih baik dalam ingatan.


c. Latihan yang terus menerus akan memperkuat jejak ingatan.

Sumber: 
Schunk, Dale H. (2012). Learning Theories An Educational Perspective. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
http://e-psikologi.com/tokoh-psikologi/max-wertheimer

Post a Comment for "Tokoh - Tokoh Penemu Teori Gestalt"