Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA


Pendekatan adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan. Pendekatan pembelajaran bahasa adalah seperangkat asumsi yang saling berkaitan, berhubungan dengan sifat bahasa dan pembelajaran bahasa (Zuchdi dan Budiasih, 1997: 29). Metode pembelajaran bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan, bahan ajar secara sistematis, dimaksudkan agar bahan ajar tersebut mudah disergap dan dikuasai oleh siswa (Zuchdi Budiasih, 1997: 30). Sedangkan teknik pembelajaran bahasa adalah cara atau siasat guru dalam menyampaikan bahan ajar di depan kelas.

Fungsi pendekatan bagi suatu pengajaran ialah sebagai pedoman umum untuk langkah-langkah metode dan teknik pengajaran yang akan digunakan. Bila prinsip pendekatan lahir dari teori-teori bidang-bidang yang relevan, maka pendekatan lahir dari asumsi terhadap bidang-bidang yang relevan. Asumsi yang berbeda, akan menimbulkan pendekatan yang berbeda. Penggunaan pendekatan dalam pengejaran bahasa menentukan (1) cara pandang seseorang dalam menyikapi bahasa sebagai materi pelajaran, (2) isi pembelajaran, (3) teknik dan proses pembelajaran, serta (4) perencanaan dan pelaksanaan program pengajaran.

Pada bab ini dibahas perihal beberapa pendekatan yaitu:
A. Pendekatan Whole Language

Whole language adalah pandangan tentang hakikat belajar dan bagaimana mendorong proses tersebut agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien sehingga mencapai hasil yang optimal (Weaver, 1990: 3). Whole language dikembangkan berdasarkan berbagai wawasan dan hasil penelitian dari berbagai bidang ilmu, antara lain pemerolehan bahasa dan pengembangan baca tulis, psikolinguistik, sosiolinguistik, psikologi kognitif dan psikologi perkembangan, antropologi, dan pendidikan. Sebagai suatu pendekatan dalam pengajaran bahasa, menurut Goodman (1986: 72-73). Whole language menggunakan seperangkat asumsi dari empat landasan dasar, yaitu: teori belajar, teori kebahasaan, asumsi tentang pengajaran dan peranan guru, serta pandangan kurikulum pengajaran bahasa sebagai berikut:

1. Teori Belajar
  1. Belajar bahasa akan berlangsung dengan mudah bagi siswa apabila belajar bahasa itu bersifat (1) disajikan secara holistik (sebagai keseluruhan), (2) nyata, (3) relevan, (4) bermakna, (5) fungsional, (6) disajikan dalam konteks, dan (7) dipilih siswa untuk digunakan.
  2. Pemakaian bahasa bersifat personal dan sosial.
  3. Siswa belajar melalui bahasa dan belajar tentang bahasa yang semuanya berlangsung secara simultan dalam konteks pemakaian bahasa secara lisan dan tulis yang otentik (pemakaian bahasa yang sesungguhnya dalam komunikasi).
  4. Perkembangan kemampuan bahasa memberikan kekuatan kepada siswa.
  5. Belajar bahasa adalah belajar bagaimana mengungkapkan maksud sesuai dengan konteks. Terdapat interdependensi antara perkembangan kognitif dan perkembangan bahasa, pikiran bergantung kepada bahasa, dan bergantung kepada pikiran.
  6. Perkembangan bahasa adalah suatu proses pembentukan kemampuan personal-sosial yang bersifat holistik.
2. Asumsi Kebahasaan
Beberapa asumsi yang bersumber dari ilmu bahasa yang mendasari pendekatan whole language menurut Goodman (dalam Safi’ie, 1995) adalah sebagai berikut:
a. Bahasa adalah suatu sistem lambang.
b. Pemakaian bahasa bersifat personal dan sosial.
c. Bahasa adalah suatu sistem yang terdiri atas subsistem-subsistem yang saling berhubungan dalam jalinan yang saling memiliki interdependensi dan tidak bisa dipisahkan.

3. Asumsi Pengajaran Bahasa
Pandangan dasar tentang belajar mengajar dan peranan guru di dalamnya menurut Goodman (dalam Safi’ie, 1995) adalah sebagai berikut:

a. Belajar lebih ditekankan daripada mengajar. Pusat kegiatan belajar mengajar adalah siswa. Peranan guru dalam kelas yang berpijak pada pendekatan keutuhan bahasa (whole language) bukan hanya sebagai penyaji materi, namun lebih dinamis. Dengan demikian, guru berperan sebagai (1) model, (2) fasilitator, (3) pembelajar, (4) pengamat dan peneliti, (5) dinamisator.
b. Language, harus mempunyai kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
  • Mempunyai wawasan kependidikan yang luas sesuai dengan misi pendidikan.
  • Mengetahui dan memahami karakteristik siswa.
  • Mengetahui dan memahami teori bahasa dan teori belajar bahasa.
  • Menguasai bahan ajar bahasa.
  • Mengetahui dan memahami metodologi pengajaran bahasa.
  • Mengetahui dan memahami cara-cara menilai hasil belajar siswa.
  • Mengetahui dan memahami strategi pengelolaan kelas dalam pengajaran bahasa.
  • Menguasai bahasa yang diajarkannya dan dapat menggunakannya dalam berbagai peristiwa komunikasi.
  • Mempunyai kebanggaan sebagai guru bahasa.
  • Mencintai pekerjaannya sebagai guru bahasa.
  • Dapat menyusun rencana pengajaran.
  • Dapat membimbing dan mengarahkan siswa dalam belajar bahasa.
  • Dapat menggunakan sebagai media pengajaran.
Dalam wawasan whole language dibedakan antara kegiatan yang bersifat transmisi dengan kegiatan transaksional (Weaver,1990: Aminuddin, 1997: 34). Kedua kegiatan tersebut dibedakan seperti dibawah ini:
No
Transmisi
Transaksional
1




2



3


4.
Guru melaksanakan kurikulum yang sudah dirancang dan dipersiapkan secara detail.


Murid memahami informasi yang disampaikan guru secara langsung melalui buku teks dan menghafalkan pengetahuan.
Murid dibedakan antara yang pandai dan bodoh sehingga kesalahan murid menjadi pusat perhatian.
Hasil belajar diidealkan sama setiap murid, menerima perintah dan petunjuk sesuai dengan apa yang dipandang baik oleh guru, murid yang lambat belajarnya kurang mendapat perhatian guru dan dukungan temannya.
Guru mengadakan negosiasi dengan kurikulum untuk mengembangkan KBM yang kontekstual tanpa mengabaikan topik dan pembelajaran yang inti yang harus dilaksanakan.
Murid secara aktif menemukan pemahaman melalui penghayatan proses atau sesuatu yang dipelajari.
Murid disikapi sebagai pembelajar yang memiliki potensi untuk meguasai isi pembelajaran.
Murid dalam memecahkan kesulitan belajarnya memperoleh bantuan dari teman dan guru melalui kegiatan belajar secara kooperatif.

4. Asumsi Tentang Kurikulum Pengajran Bahasa
Menurut pandangan Whole Language, bahasa paling mudah dipelajari jika disajikan secara utuh dan dalam konteks yang alamiah, maka keterpaduan merupakan prinsip kunci untuk perkembangan bahasa dan belajar melalui bahasa. Dalam kenyataannya, kegiatan pengajaran bahasa dan pengajaran bidang studi lain (yang dilaksanakan dengan menggunakaan bahasa sebagai media penyajian) merupakan kurikulum yang bersifat ganda (dual curriculum). Artinya, pengajaran bahasa dan isi dari bidang studi lain bersama – sama menjadi bagian dari kurikulum secara utuh.

Bagi siswa, dual curriculum itu tetap merupakan satu kurikulum yang berfokus pada apa yang dipelajari (content) dan apa bahasa yang digunakan. Dalam kondisi yang demikian, pembelajaran menyimak, berbicara, membaca, dan menulis terjadi dalam konteks siswa belajar dari berbagai hal, peristiwa dan pengalaman. Pada waktu siswa menggunakan bahasa dalam membaca, menulis, berbicara dan menyimak ia juga harus menguasai sistem kaidah bahas ayang digunakan.

B. Pendekatan Terpadu
Pendekatan terpadu dlam pembelajaran bahasa indonesia mengacu pada pernyataan Goodman (1986) tentang kurikulum bahwa pengajaran bahasa dan pengajaran bidang studi lain (yang dilaksanaan dengan menggunakan bahasa sebagai media penyajian) merupakan kurikulum yang bersifat ganda (dual curriculum). Artinya, pengajaran bahasa dan isi dari bidang studi lain bersama – sama menjadi bagian dari kurikulum secara utuh.

Dalam rambu – rambu Kurikulum Bahasa Indonesia 2004 “Kompetensi dasar mencakup aspek mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, menulis, dan apresiasi sastra sebaiknya mendapat porsi yang seimbang dan dilaksanakan secara terpadu.” (Depdiknas, 2003).

Pembelajaran terpadu juga membuat proses belajar menjadi relevan dan kontekstual sehingga berarti bagi siswa. Menurut riset otak (dalam Megawangi, 2005:72), fungsiotak akan optimal apabila seseorang mempelajari sesuatu yang bermakna baginya serta menarik minatnya.

Jika dibandingkan dengan pendekatan konvensional, pendekatan terpadu tampaknya lebih menekankan keterlibatan siswa dalam belajar. Siswa dibuat secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan. Pendekatan terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa aspek atau bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. (Depdikbud, 1997). Dikatakan bermakna, karena dalam pendekatan terpadu, siswa akan memahami konsep – konsep atau aspek – aspek keterampilan berbahasa yang dipelajarinya melalui pengalaman langsung secara otentik dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Berdasarkan uraian di atas, pendekatan terpadu dapat dilihat sebagai :

1) Pembelajaran yang beranjak dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala – gejala dan konsep lain.
2) Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi di sekeliling.
3) Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4) Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda.

Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses memiliki ciri sebagai berikut :
1) Berpusat pada anak.
2) Memberikan pengalaman langsung pada anak.
3) Pemisahan antarbidang studi tidak begitu jelas.
4) Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran
5) Bersifat luwes.
6) Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Peranan tema dalam pembelajaran terpadu sebagai berikut :
  • Siswa mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu
  • Siswa dapat mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
  • Berbagai kompetensi mata pelajaran dalam tema yang sama 
  • Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
  • Kompetensi berbahasa bisa dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan pelajaran lain dan pengalaman pribadi siswa
  • Siswa lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
  • Siswa lebih bergairah belajar karena mereka bisa berkomunikasi dalam situasi yang nyata, misalnya bertanya, bercerita, menulis, dan lain – lain untuk mengembangkan keterampilan berbahasa, sekaligus mempelajari pelajaran lain.
1. Pembelajaran Terpadu Intrabidang Studi
Dalam kurikulum 2004 (KBK) disebutkan bahwa kompetensi dasar berbahasa mencakup aspek mendengarkan (menyimak), berbicara, membaca, menulis, sastra, dan kebahasaan. Aspek – aspek tersebut sebaiknya mendapat porsi seimbang dan dilaksanakan secara terpadu.”(Depdikbud, 2003:14). Pelaksanaannya, guru dapat memfokuskan pada salah satu komponen.
  • Berbicara
  • Mendengarkan
  • Menulis
  • Membaca
  • Tema

Contoh pembelajaran terpadu intrabidang studi sebagai berikut:
Bentuk pembelajaran : Klasikal
Kelompok kelas : kelas tinggi/IV, V
Bahan : buku cerita (misalnya Timun Emas)
Prosedur kegiatan :
  • Siswa dalam kelompoknya membaca dalam hati cerita timun emas.
  • Siswa mencari kata-kata sulit dari bacaan, lalu mendiskusikan dari bacaan, lalu mendiskusikan artinya dengan bantuan kamus.
  • Siswa secara kelompok mengidentifikasi unsur cerita.
  • Siswa membuat pertanyaan tertulis terkait dengan cerita yang telah dibacanya.
  • Siswa dalam kelompok berdiskusi untuk membuat penjelasan secara tertulis.
  • Setiap kelompok harus memainkan peran dari bagian cerita yang telah dibacanya.
  • Siswa lain menyimak permainan peran yang dilakukan oleh kelompok lain.
  • Kelompok penyimak harus memberi komentar secara lisan tentang cara berbicara, karakter penokohan, ekspresi.
  • Tiap siswa harus membuat surat rasa empati mereka kepada Timun Mas.
Dari contoh terlihat adanya keterpaduan sejumlah aspek kebahasaan yaitu membaca, kosa kata, menulis, berbicara dan menyimak.

2. Pembelajaran Terpadu Antarbidang Studi
Disamping keterpaduan antar aspek berbahasa, mata pelajaran bahasa Indonesia di SD dapat pula dipadukan dengan bidang studi lain. Di dalam kurikulum 2004 (KBK), keterpaduan itu dituntut terutama di kelas awal atau (kelas I dan II). Dilaksanakan di kelas rendah, karena pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (holistik).

Menyusun persiapan pembelajaran terpadu dapat mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:
  • Pelajari kompetensi dasar pada kelas dan semester yang sama dari setiap mata pelajaran.
  • Pilihlah tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi tersebut untuk setiap kelas dan semester.
  • Buatlah matriks hubungan Kompetensi Dasar dengan tema.
  • Buatlah pemetaan pembelajaran, pemetaan ini dapat dibuat dalam bentuk matriks atau jaringan topik (jaring laba-laba).
  • Susunlah silabus berdasarkan jaringan topik tadi. Dalam menyusun silabus, ciptakan aktivitas yang bisa menarik siswa dan sesuai dengan kompetensi dan tema.
Contoh pembelajaran terpadu bahasa Indonesia lintas kurikulum sebagai berikut:
Bentuk pembelajaran : Individual
Kelas : satu
Bahan : kertas HVS polio, bentuk-bentuk bangun datar yang telah dibuat guru, pensil atau spidol.
Prosedur kegiatan:
1) Siswa menyimak penjelasan guru tentang bermacam-macam bangun datar yang dibuat guru dari kertas karton (lingkaran, persegi empat, persegi panjang, segi tiga).
2) Selesai memberi perintah guru memperlihatkan gambar contoh yang dibuat guru kepada semua siswa, sebagai kunci jawaban.
3) Siswa dengan dibimbing pertanyaan dari guru menyebutkan bangun datar yang telah ditempelkan oleh masing-masing siswa.
4) Siswa bersama guru menyebutkan bagian-bagian anggota tubuh yang ada pada gambar yang dibuatnya masing-masing.
5) Siswa dengan bimbingan guru menjelaskan fungsi masing-masing anggota tubuh.
6) Guru memberi penjelasan dan penguatan pada hasil belajar siswa dengan cara menyuruh menyebutkan bangun datar yang ada pada gambar masing-masing dan anggota tubuhnya masing-masing.

C. Pendekatan Komunikatif
Di dalam rambu-rambu Kurikulum 2004 (KBK), tersurat bahwa fungsi bahasa adalah sebagai alat untuk berkomunikasi. Komunikasi yang dimaksud ialah suatu proses penyampaian maksud kepada orang lain dengan menggunakan saluran tertentu. Dalam berkomunikasi tentu ada pihak yang berperan sebagai penyampai maksud dan penerima maksud. Agar komunikasi terjalin dengan baik, maka kedua belah pihak juga harus bisa bekerja sama dengan baik.

Menurut Littlewood (dalam Zuchdi dan Budiasih, 1997: 34) pendekatan komunikatif didasarkan pada pemikiran sebagai berikut:
  1. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas tentang bahasa. Hal ini terutama dilihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tatabahasa dan kosa kata, tetapi juga pada fungsinya sebagai sarana berkomunikasi.
  2. Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam pembelajaran bahasa. Hal ini menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan bahasa, tidak cukup dengan memberikan bentuk-bentuk asing kepada siswa, tetapi siswa harus mampu mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk-bentuk itu sesuai dengan fungsi bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yang tepat.
Ciri pendekatan komunikatif yang lain dikemukakan Finoccaro dan Brumfit (dalam Sumardi, 1992: 100). Pendekatan komunikatif mempunyai ciri sebagai berikut:
  1. Kebermaknaan sangat penting dibandingkan dengan struktur dan bentuk bahasa.
  2. Belajar bahasa berarti belajar berkomunikasi, bukan mempelajari struktur, bunyi atau kosa kata secara terpisah-pisah
  3. Tujuan yang ingin dicapai adalah kemampuan komunikasi.
  4. Kelancaran menggunakan bahasa yang dapat diterima.
  5. Materi pelajaran disusun dan ditahapkan melalui pertimbangan isi, fungsi atau makna yang menarik.
  6. Variasi kebahasaan merupakan konsep sentral dalam materi pelajaran.
  7. Penerjemahan dapat dilakukan apabila dapat berguna bagi siswa.
  8. Jika diperlukan campur kode dengan bahasa ibu dapat dilakukan.
  9. Dialog.
  10. Ucapan yang dapat dipahami.
  11. Usaha untuk berkomunikasi dianjurkan sejak tingkat permulaan.
  12. Bahasa yang diciptakan oleh individu-individu sering kali melalui trial and error.
  13. Guru membantu siswa dengan cara apapun yang mendorong siswa menggunakan bahasa yang dipelajari.
  14. Siswa diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kerja berpasangan atau kelompok, baik secara langsung maupun melalui tulisan.
Tujuan pengajaran bahasa menurut pendekatan komunikatif ialah untuk: (a) mengembangkan kompetensi komunikatif siswa, (b) mengkatkan penguasaan keempat keterampilan berbahasa yang diperlukan dalam berkomunikasi.

Adapun materi pelajaran utamanya ialah: (a) empat keterampilan berbahasa, (b) fungsi-fungsi bahasa yang diperlukan siswa, (c) variasi-variasi bahasa, (d) sistem bahasa( struktur, kosa kata, fonem, ejaan, intonasi, dan lafal), (e) sastra, diintegrasikan dengan keterampilan berbahasa.

Setiap pendekatan pembelajaran selalu lahir dari sejumlah asumsi, antara lain asumsi teori bahasa dan teori belajar. Dari segi teori bahasa, asumsi yang dijadikan dasar pendekatan komunikatif ialah sebagai berikut:
  1. Bahasa adalah sistem untuk mengekspresikan makna.
  2. Fungsi utama bahasa adalah untuk sarana interaksi dan komunikasi.
  3. Struktur bahasa memantulkan penggunaan-penggunaan fungsional dan komunikasi.
  4. Unit-unit utama bahasa tidak hanya gambaran mengenai tatabahasa dan strukturnya, tetapi juga kategori-kategori makna fungsional dan komunikatif sebagaimana terdapat dalam wacana.
  5. Ada tujuh fungsi dasar yang dapat ditampilkan bahasa untuk pembelajar bahasa, seperti diungkapkan Halliday (dalam Aminuddin, 1996) sebagai berikut:
  • Fungsi Instrumental, bahasa dapat difungsikan sebagai wahana untuk memenuhi keperluan, misalnya kontak bisnis, dialog, menulis surat, pengumuman dan lain-lain.
  • Fungsi Regulator, bahsa dapat digunakan untuk mengatur perilaku dan hubungan orang yang satu dengan yang lain. Misalnya memberikan pengarahan, peraturan di kelas, menyusun pedoman dan aturan lain.
  • Fungsi Interaksional, bahasa dapat digunakan untuk mengadakan percakapan, tukar pendapat, diskusi dan menulis surat kepada teman.
  • Fungsi personal, bahasa dapat digunakan untuk mengungkapkan pengalaman, pendapat pribadi.
  • Fungsi Imajinatif, bahasa dapat digunakan untuk mengekspresikan imajinasi dan daya kreativitas, misalnya menulis puisi dan cerita fiksi.
  • Fungsi Heuristik, bahasa merupakan wahana untuk mencari dan menemukan pemahaman, misalnya penggunaan bahasa dalam wawancara.
  • Fungsi Informatif, bahasa digunakan dalam menyampaikan berita, laporan tulisan/lisan, dan menggmabrkan sesuatu, misalnya menyampaikan telegram
Untuk memanfaatkan bahasa dalam berbagai fungsinya, penutur bahasa harus memiliki kemampuan (a) menemukan dan menyusun gagasan, (b) menyusun kata-kata dan kalimat untuk membentuk satuan-satuan pengertian yang telah disusun, (c) menetukan strategi dan bentuk kegiatan untuk menggunakan bentuk-bentuk pengertian yang telah dibahasakan ke dalam kegiatan tertentu.

Post a Comment for "PENDEKATAN PEMBELAJARAN BAHASA"